Selasa, 17 April 2012

Riwajat Ajahanda P.t Ir Sukarno; Berdjasa sebagai Guru dan Bapak

SUMBER: Sinar Baroe, 10 Mei 1945

DJALOE.COM - Ajahanda P.t Ir. Sukarno wafat dalam usia 78 tahun di rumah Ir Sukarno (Pegangsaan Timur 56, Djakarta) pada hari Senin 7 Mei 2605 djam 2.15 malam, setelah menderita sakit kira2 5 bulan. Nama ketjil beliau ialah Sukeni. Setelah tamat sekolah rakjat meneruskan peladjarannja ke sekolah guru Probolinggo (Djawa Timur); beliau menamatkan peladjaran hanja dalam 3 tahun.

Ir Sukarno dan ayahandanya, R Sosrodihardjo. #repro koleksi Dalem Gebang
Pertama beliau mendjabat sebagai guru di Kraksaan. Setelah perang Bali selesai, beliau satu-satunja tenaga jang menjediakan diri, sehingga beliaulah jang menjadi perintis djalan dalam dunia pengadjaran di Bali. Di Bali beliau tekah menikah degan seorang puteri turunan radja2 di Bali, namanja I. Njoman Rai, jaitu putara-puteri dari Pedanda Buleleng jang diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda ke Sumatera dan telah meninggal di tempat pengasingan itu. Dengan demikian P.t Ir. Sukarno turunan darah Bali aseli.

Almarhum R Sosrodihardjo giat pula mempeladjari bahasa Bali sehingga beliau diangkat menjadi pembantu salah seorang professor tsb. Kemudian beliau meninggalkan pulau Bali dan selama 42 tahun lebih tetap mendjabat guru dan paling achir di Blitar, jaitu sebagai guru bahasa Indonesia dan Ilmu Pasti merangkap mendjadi wakil direktur sekolah guru Blitar.

Berkali-kali beliau minta pensiun karena sudah landjut usianja, tetapi selalu tidak dibolehkan dan baru pada tahun 1935 M (2595 S), marhum mengundurkan diri sebagai pegawai negeri. Marhum itu mempunjai dua orang putera, seorang perempuan bernama Sukarmini dan seorang laki2 jaitu Pt Ir Sukarno. Menilik djasa marhum R Sosrodihardjo itu selama hidupnja, baik sebagai ajahanda Pt Ir Sukarno jang terkenal sebagai seorang bapak jang keras kemauan, sehingga kekerasan hati jang ada pada Pt Ir Sukarno ini adalah pusaka dari marhum. Dengan tjara demikianm, maka wafatja R. Sosrodiharjo itu masjarakat kita bukan sadja kehilangan anggota jg banjak djasanja di lapangan perguruan, tetapi djuga sebagai tenaga pendorong P.t Ir. Sukarno dalam perdjuangannja sebagai pemimpin menudju Indonesia Merdeka.

Diibaratkan Pt. Ir. Sukarno itu pahlawan jg berdjuang setjara terus terang, maka marhum itu dapatlah dianggap seabagai pahlawan di belakang lajar jg dgn diam2 membantu perdjuangan kebangsaan dan paling sedikitnja selalu membesar-besarkan hati Pt Ir Sukarno dalam perdjuangannja.

Dengan ini kita ikut menjatakan "bela sungkawa" dgn do'a moga2 arwah marhum itu di achirat nantinja mendapat tempat selaras dgn djasa dan amalnja selama hidupnja. Inna lillahi wa inna ilaihi rodjiun.