Rabu, 18 April 2012

Keris Untuk Bung Karno

sk

Bung Karno seorang yang begitu cinta kemerdekaan, hampir seluruh hidupnya digunakan untuk mencapai Indonesia merdeka. Namun dibalik itu semua Bung Karno adalah pecinta tanaman. Hampir semua tanaman yang ada di Istana Bung Karno tahu secara detil tentang nama latin, serta bagaimana seharusnya memelihara tanaman tersebut. Maka tiada saat yang paling mendebarkan bagi Bung Karno selain menyambut musim kemarau, dan musim kemarau juga menjadi pusat kesibukan bagi karyawan istana yang mendapat tugas merawat tanaman. Berbagai upaya harus mereka lakukan agar tanaman/bunga milik Bung Karno tetap segar. Tentu saja ini bukan tugas yang ringan.

Tahun 1962, Indonesia dilanda kemarau hebat. Kekeringan di mana-mana, temasuk di lingkungan Istana. Bulan-bulan itu, setiap pagi Bung Karno tampak murung meratapi taman-tamannya yang kering. Sudah menjadi kebiasaan proklamator kita, setiap bangun tidur, jalan-jalan mengitari taman ditemani sejumlah orang dekat, antar lain pengawal, sekretaris, ajudan, dan kepala rumah tangga istana.

Bung Karno tahu satu per satu nama tanaman di halaman Istana, baik di Istana Jakarta. Bogor, Cipanas, maupun Tampak Siring. Tak jarang, ia sendiri yang mengatur, memerintahkan tukang kebun untuk memindah atau mengganti tanaman. Begitulah Bung Karno. Ia akan menarik nafas dalam-dalam meresapi keindahan alam, termasuk asrinya taman istana.

Alhasil, saat kemaru, rumput-rumput Istana menguning. Pepohonan mengering. Upaya tukang kebun untuk tetap menyirami areal pertamanan, rupanya tak cukup buat mempertahankan kehijauan taman. Setiap teringat akan kemarau yang panjang dan taman yang kering, Bung Karno tampak bersedih hati.

Tibalah suatu sore, Bung Karno duduk di beranda belakang Istana Merdeka, tempat favoritnya untuk minum teh. Ia ketika itu ditemani –antara lain– ajudan Bambang Widjanarko. Tak lama kemudian, datang Kepala Rumah Tangga Seluruh Istana, Harjo, disertai seorang laki-laki berbusana Jawa lengkap, berkain-beskap-blangkon. Setelah uluk salam seperlunya, Harjo berkata, “Pak, inilah Bapak Pringgo yang pernah saya laporkan, datang menghadap Bapak sekaligus membawa keris pusaka untuk dipersembahkan kepada Bapak.”

BK mengangguk dan memandangi lelaki yang bernama Pringgo. Spontan Pringgo mengeluarkan sebilah keris dari dalam bungkusan dan menceritakan bahwa keris itu sudah berumur ratusan tahun, berasal dari zaman Majapahit, luk lima, dan sangat bertuah. Hampir semua keinginan pemiliknya dapat terpenuhi, dan ia ingin mempersembahkan pusaka itu kepada Bung Karno.

BK menerima keris yang masih dalam kerangka seraya berkata, “Terima kasih, Pak Pringgo. Sekarang apakah yang dapat saya berikan sebagai tanda terima kasih saya?”

Pringgo lancar bertutur, bahwa ia ingin mempunyai sebuah mobil, karena itu bila BK berkenan, ia memohon sebuah mobil. BK tersenyum saja demi mendengar permintaan Pringgo. “Ah, itu soal gampang. Bahkan kalau keinginan saya detik ini dapat terpenuhi, dengan senang hati saya akan memberi dua mobil.” Dengan gembira Pringgo bertanya, “Bapak ingin apa?”

Sambil menyerahkan kembali keris tadi kepada tamunya, BK berkata, “Coba cabutlah keris itu dan mohon hujan turun sekeras-kerasnya agar rumput di tamanku ini menjadi segar dan hijau kembali.” Mendengar permintaan Bung Karno, spontan wajah Pringgo pucat pasi, lalu menunduk dan diam.

Melihat hal itu, Bung Karno berkata ramah, “Baiklah, Pak Pringgo, kalau tak bisa sekarang, bawalah keris itu terlebih dahulu dan tetaplah memohon agar hujan turun. Kalau nanti malam atau besok pagi hujan benar-benar turun, akan saya penuhi janji saya memberi dua buah mobil untuk Bapak.”

Pringgo dan Harjo segera pamit undur diri. Dan… hujan tetap tidak turun selama beberapa bulan lagi. Menyak sikan kepergian 2 orang tersebut Bung Karno tersenyum dan sekan berguman kepada diri sendiri dia berkata: “Alangkah tersesatnya manusia, perputaran musim kemarau dan musim hujan akan mereka rubah hanya dengan sebilah keris”

Dari kisah diatas dapat kita taerik kesimpulan juga bahwa sebenarnya Bung Karno tidak percaya dengan berbagai takhayul dan beraneka ragam mistik. Bung Karno suatu sosok yang banyak mengkedepankan akal dan fikiran secara logis.